Archive for 2013

cerita sexx dengan fans gila

Senin, 25 Maret 2013
Posted by Unknown
cerita sexx,cerita dewasa,cerita hot,cerita anak muda,cerita 18+
dan inilah cerita dan kisah sexx saya ..silah kan di nikmati

Aku sedang membanting pantatku di jok belakang taxi, ketika dering HP-ku memanggil. Kuperhatikan jelas sekali bahwa ini nomor yang sama dari dua kali panggilan tadi. Tapi karena aku merasa tidak mengenalnya, aku sama sekali tidak menanggapinya.

"Kenapa tidak diangkat, Bang..?" tanya sopir taxi yang sekilas melihatku lewat spionnya.
"Buat apa. Paling-paling wartawan 'bodrek'. Menawarkan berita kemenanganku ini di koran kelas 'teri'-nya. Bosen aku berurusan dengan mereka..!" sahutku sambil kuperhatikan sekali lagi secara kilas dua medali emas dan piala juara favorit kejuaraan binaraga kelas junior ini.

Taxi meluncur kencang membawaku pulang ke rumah kontrakanku di daerah Radio Dalam. Taxi masih melenggang di atas aspalan Sudirman ketika nomor HP itu muncul lagi di layar HP-ku. Berdering dan berdering minta diangkat. Terpaksa kali ini aku menerimanya dengan malas.

"Hai Andre, sombong bener sih, nggak mau terima telponku. Kenapa..?"
"Sori Mbak. Ini siapa, dan ada apa..? Aku merasa nggak kenal anda."
"Benar. Kita belum pernah saling kenal kok. Tapi aku selalu memantau kemajuanmu dalam bertanding binaraga. Pokoknya aku selalu mengikutimu kemana kamu berlaga memamerkan tubuhmu yang berotot kekar tapi indah dan seksi sekali itu. Aku senang sekali. Banyak teman-temanku yang mengidolakan dirimu lho Mas. Kupikir masa depanmu pasti cerah sekali di dunia binaraga. Gimana nih, kami mau kenalan lebih dekat lagi, juga foto-foto bersama atlet idola kami. Bagaimana Mas..?"

Aku sejenak berpikir. Siapa sih mereka? Apa maksudnya? Kalau aku tolak, aku merasa merendahkan atau menyepelekan apa yang namanya fans atau penggemar. Fans atau penggemar, apalagi wartawan itu adalah jalur yang tidak boleh kulawan. Mereka harus kurangkul dan akrabi. Begitu nasehat teman-teman seniorku di dunia olahraga yang banyak penggemarnya.
"Baiklah. Dimana ini kalian semua..?" tanyaku setelah menghelakan nafasku.

Sebuah daerah pemukiman elite disebutkan suara cewek itu. Permata Hijau. Aku segera minta sama sopir taxi segera meluncur ke alamat yang dituju. Kuperhatikan jam tanganku sudah menunjukkan pukul 23.45 tepat. Waktuku untuk istirahat. Tapi demi fans, aku rela membagi waktuku dengan mereka.

Rumah mewah itu memang terlihat sepi, gelap, dengan halamanya yang terlihat teduh. Berlantai tiga dengan gaya arsitektur spanyol yang unik. Bergegas aku segera turun dan kuperhatikan sejenak taxi telah menghilang di tikungan jalan. Kembali aku perhatikan alamat rumah yang kutuju itu. Aku segera menyelinap masuk ke dalam halamannya setelah membuka sedikit pintu gerbangnya yang dari besi dicat hitam. Hujan mendadak turun dengan rintik-rintik. Berburu aku lari kecil menuju teras yang tinggi, karena aku mesti menaiki anak tangganya.

Aku dengan tidak sabaran menekan-nekan bel pintunya yang yang tampak sekali aneh bagiku, sebab tombol bel itu berupa puting susu dari patung dada wanita. Tidak berapa lama, pintu model tarung kuku itu terbuka. Aku seketika berdecak kagum dan 'ngiler' berat melihat figur penggemarku ternyata anak baru tumbuh yang bertubuh seksi.

"Mas Andre, ya? Ayo Mas, dua temanku sudah tak sabar nungguin Mas. Biar kubawakan pialanya.. yuk..!" ujar gadis berusia sekitar 17 tahun itu ramah sekali menyambar piala dan tas olahragaku.
Aku menyibakkan sebentar rambut gondrongku yang basah sedikit ini, sambil sejenak kuperhatikan gadis itu menutup dan mengunci kembali pintunya.
"Ng.., maaf, belum kenalan..," gumamku perlahan membuat gadis berambut pendek cepak ala tentara cowok itu menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya ke arahku sambil mengumbar senyun manisnya.
"Oh ya, aku Tami..," sahutnya menjabat tanganku erat-erat.
Hm, halus dan empuk sekali jemari ini, seperti tangan bayi.

Tami yang berkulit kuning langsat itu melirik ke sebelah, di mana dari balik korden muncul dua temannya. Semua seusia dirinya.
"Ayo pada kenalan..!" sambung Tami.
Malam ini Tami memakai kaos singlet hitam ketat dan celana pendek kembang-kembang ketat pula, sehingga aku dapat dengan jelas melihat sepasang pahanya yang mulus halus. Bahkan aku dapat melihat, bahwa Tami tidak memakai BH. Jelas sekali itu terlihat pada dua bulatan kecil yang menonjol di kedua ujung dadanya yang kira-kira berukuran 32.

"Lina..," ujar gadis kecil lencir berambut panjang sepinggangnya itu menjabat tanganku dengan lembut sekali.
Gadis ini berkulit kuning bersih dengan dadanya yang kecil tipis. Dia memakai kaos singlet putih ketat dan celana jeans yang dipotong pendek berumbai-rumbai. Lagi-lagi Lina, gadis cantik beralis tebal itu sama seperti Tami. Tidak memakai BH. Begitupun Dian, gadis ketiga yang bertubuh kekar seperti laki-laki itu dan berambut pendek sebatas bahunya yang kokoh. Kulitnya kuning langsat dengan kaos ketat kuning dan celana pendek hitam ketat pula. Hanya saja, dada Dian tampak paling besar dan kencang sekali. Lebih besar daripada Tami. Cetakan kedua putingnya tampak menonjol ketat.

Aku dapat melihat pandangan mata mereka sangat tajam ke arah tubuhku. Aku pikir iru maklum, sebab idola mereka kini sudah hadir di depan mata mereka.
"Dimana mau foto-foto bersamanya..?" tanyaku yang digelandang masuk ke ruang tengah.
"Sabar dulu dong Mas, kita kan perlu ngobrol-ngobrol. Kenalan lebih dalam, duduk bareng.. gitu. Santai saja dulu lah.. ya..?" sahut Dian menggaet lengan kananku dan mengusap-usap dadaku setelah ritsluting jaket trainingku diturunkan sebatas perutku.
"Ouh, kekar sekali. Berotot, dan penuh daging yang hebat. Hm..," sambungnya sedikit bergumam sembari menggerayangi putingku dan seluruh dadaku.
Aku jadi geli dan hendak menampik perlakuannya. Tapi kubatalkan dan membiarkan tangan-tangan ketiga gadis ABG itu menggerayangi dadaku setelah mereka berhasil melepas jaketku.

Kuakui, aku sendiri juga menikmati perlakakuan istimewa mereka ini. Kini aku dibawa ke sebuah kamar yang luas dengan dinding yang penuh foto-foto hasil klipingan mereka tentang aku. Aku kagum. Sejenak mereka membiarkanku terkagum dan menikmati karya mereka di tembok itu.

"Bagaimana..?" tanya Lina mendekati dan merangkul lengan kiriku.
Lagi-lagi jemari tangan kirinya menggerayangi puting dan dadaku. Kudengar nafas Lina sudah megap-megap. Lalu Dian menyusul dan memelukku dari belakang, menggerayangi dadaku dan menciumi punggungku. Kini aku benar-benar geli dibuatnya.
"Sudahlah, lebih baik jangan seperti ini caranya. Katanya mau foto-foto..?" kataku mencoba melepaskan diri dari serbuan bibir dan jemari mereka.
"Iya, betul sekali. Lihat kemari Mas Andre..!" sahut Tami yang berdiri di belakangku.
Aku segera membalikkan tubuhku dan seketika aku terkejut. Mataku melotot tidak percaya dengan penuh ketidaktahuan dan ngerti semua ini.

"Ada apa ini, apa-apa ini ini..? Kalian mau merampokku..?" tanyaku protes melihat Tami sudah menodongkan pistol otomatis yang dilengkapi dengan peredam suara itu ke arah kepalaku.
"Ya. Merampok dirimu. Jiwa dan ragamu. Semuanya. Ini pistol beneran. Dan kami tidak main-main..!" sahut Tami dengan wajah yang kini jadi beringas dan ganas.
Begitupun Lina dan Dian. Sebuah letupan menyalak lembut dan menghancurkan vas bunga di pojok sana. Aku terhenyak kaget. Mereka berdua memegangi lengananku dengan kuat sekali. Aku hampir tidak percaya dengan tenaga mereka.

"Tidak ada foto. Tapi, di ruangan ini, kami memasang beberapa kamera video yang kami setel secara otomatis. Setiap ruangan ada kamera dan kamera. Semua berjalan otomatis sesuai programnya. Copot celananya, Lin..!" ujar Tami membentak.
Aku hendak berontak, tapi dengan kuat Dian memelintir lenganku.
"Ahkk..!"
"Jangan macem-macem. Menurut adalah kunci selamatmu. Ngerti..!" bentak Dian tersenyum sinis.

Celana trainingku kini lepas, berikut sepatuku dan kaos kakinya. Lina sangat cepat melakukannya. Kini aku hanya memakai cawat hitam kesukaanku yang sangat ketat sekali dan mengkilap. Bahkan cawat ini tidak lebih seperti secarik kain lentur yang membungkus zakar dan pelirku saja. Sebab karetnya sangat tipis dan seperti tali.
"Kamu memang seksi dan kekar..," ucap Tami mendekati dan menggerayangi zakarku.
"Iya Tam. Sekarang aja ya, aku udah nggak sabar nih..!" sahut Dian mengelus-elus pantatku.
"Sama dong. Tapi siapa duluan..?" sahut Lina mengambil sebotol minyak tubuh untuk atlet binaraga.
Kulihat mereknya yang diambil Lina yang paling mahal. Tampaknya mereka tahu barang yang berkualitas.

"Diam dan diam, oke..?" kata Lina menuangi minyak itu ke tangannya.
Begitupun Dian dan Tami. Segera saja jemari-jemari tangan mereka mengolesi seluruh tubuhku dengan minyak. Bergantian mereka meremas-remas batang zakarku dan buah pelirku yang masih memakai cawat ini dengan penuh nafsu. Aku kini sadar, mereka fans yang maniak seks berat. Walau masih ABG. Dengan buas, Tami merengut cawatku dengan pisau lipatnya, yang segera disambut tawa ngakak temannya. Zakarku memang sudah setengah berdiri karena dorongan dan rangsangan dari stimulasi perbuatan mereka. Bagaimanapun juga, walau dalam situasi yang tertekan, aku tetap normal. Aku tetap terangsang atas perlakuan mereka.

"Ouh, sangat besar dan panjang. Gede sekali Lin..," ucap Dian kagum dan senang sembari menimang-nimnag zakarku.
Sedangkan Tami meremas-remas buah pelirku dengan gemas sekali, sehingga aku langsung melengking sakit.
"Duh, rambut kemaluannya dicukur indah. Apik ya..!" sahut Dian mengusap potongan bentuk rambut kemaluanku yang memang kurawat dengan mencukur rapi.
"Auuhk.., jangan. Jangan.., sakit..!" ucapku yang malah bikin mereka tertawa senang.
Lina sendiri menciumi daging zakarku dan menjilat-jilat buas pelirku. Aku tetap berdiri dengan kedua kakiku agak terbuka.

Mereka dengan buasnya menjilati dan menciumi zakar dan buah pelirku serta pantatku.
"Ouh.. jangan.. aauhk.. ouhhk.. aahkk..!" teriak-teriak mulutku terangsang hebat.
Hal itu membuat Tami jadi ganas dalam mengocok-ngocok batang zakarku. Sedangkan Lina gantian meremas-remas buah pelirku. Sementara Dian menghisap putingku dan memelintirnya, sehingga putingku jadi keras dan kencang. Kedua tanganku kini berpegangan pada tubuh mereka, karena dorongan birahiku yang mendadak itu. Aku kian menjerit-jerit kecil dan nikmat. Teriakan mereka yang diselingi tawa senang kian menambah garang perlakuan mereka atas tubuh telanjangku.

Bergantian mereka mngocok-ngocok zakarku hingga kian mengeras dan memanjang hebat. Bahkan mereka dengan buasnya bergantian menyedot-nyedot zakarku dengan memasukan ke dalam mulut mereka, sampai-sampai mereka terbatuk-batuk karena zakarku menusuk kerongkongan mereka.
"Nikmat sekali zakarnya, hmm.., coba diukur Dian. Berapa panjang dan besarnya, aku kok yakin, ini sangat panjang..!" ujar Tami sambil terus mengulum-ngulum dan menjilati zakarku.
Dian segera mengukur panjang dan besarnya zakarku.

"Gila, panjangnya 23 sentimeter, dan garis lingkarnya.. hmm.., 18 senti. Apa-apaan ini. Kita pasti terpuaskan. Dia pasti hebat dan kuat..!" ujar Dian kagum sambil mengikat pangkal batang zakarku dengan tali sepatu secara kuat.
Begitupun pangkal buah pelirku diikat tali sepatu sendiri. Sementara Lina gantian kini yang mengocok-ngocok zakarku sambil mengulum-ngulumnya. Karuan saja, zakarku jadi tambah keras dan merah panas membengkak hebat. Otot-ototnya mengencang ganas. Aku kian menjerit-jerit tidak kuat dan tidak kuasa lagi menahan spermaku yang hendak muncrat ini.

Mendengar itu, Lina mencopot lagi tali sepatuku di batang zakarku dan pelirku. Cepat-cepat mereka membuka mulutnya lebar-lebar di depan moncong zakarku sambil terus mengocok-ngocok paling ganas dan kuat.
"Creet.. croot.. creet.. srreet.. srroott.. creet..!" menyembur spermaku yang mereka bagi rata ke mulutnya masing-masing.
Bergantian mereka menjilati sisa-sisa spermaku sambil mengurut-ngurut batang zakarku agar sisa yang masih di dalam batang zakarku keluar semua.

"Hmm.. nikmat sekali. Enak..!" ucap Diam senang.
"Iya, spermanya ternyata banyak sekali.. kental..!" sahut Lina.
"Ayo, ikat dia di ruang penyiksaan. Cepat..!" perintah Tami berdiri, diikuti Lina dan Dian.
Sedangkan aku masih lemas. Rasa-rasanya mau hancur badanku. Aku nurut saja perintah mereka. Memasuki ruang penyiksaan.

Apa pula itu? Mereka dengan cepat memasang gelang besi di kedua tangan dan kakiku. Rantai besi ditarik ke atas. Kini tubuhku merentang keras membentuk huruf X. Posisi badanku dibikin sejajar dengan lantai yang kira-kira setinggi satu meteran itu. Lampu menyorot kuat ke arahku. Keringatku menetes-netes deras.
"Siapa kalian ini sebenarnya..?" tanyaku memberanikan diri.
"Diam..! Tak ada pertanyaan. Dan tak boleh bertanya. Pokoknya menurut. Kamu kini budak kami. Ngerti..!" bentak Tami mencambuk dadaku dan punggungku dengan cambuk yang berupa lima utas kulit yang ujungnya terdapat bola berduri. Sakitnya luar biasa.

Mendadak Dian membuka lantai di bawahku. Aku kaget, rupanya di bawah sana ada liang seukuran kira-kira lebar 50 senti dan panjang dua meteran. Dan di lubang sedalam kira-kira satu meteran itu terdapat tumpukan batu bara yang membara panas sekali! Pantas saja, tadi kakiku sempat merasakan panasnya lantai ubin ini. Walau kini tubuhku setinggi kurang dari dua meter dari bara, tapi aku masih kuat merasakan betapa panasnya batu bara itu uapnya membakar kulit tubuhku bagian belakang.

"Cambuk terus..! Sirami dengan minyak dan jus tomat..!" perinta Tami mencambuki kakiku.
Sedangkan Lina mencambuki dadaku. Dian mencambuki punggungku. Panas dan pedih, semua bercampur jadi satu. Bersamaan mereka juga mencambuki zakar dan pelirku yang masih setengah tegang ereksinya. Batu bara yang tertimpa minyak dan jus tomat itu mengeluarkan asap panas yang segera membakar kulitku. Entah, di menit keberapa aku bertahan. Yang jelas tidak lama kemudian aku pingsan.

Saat terbangun, ternyata aku sudah terbaring di atas ranjang luas dan empuk bersprei putih kain satin. Tapi kondisiku tidak jauh beda dengan disiksa tadi. Kedua tanganku dirantai di kedua ujung ranjang bawah, sedangkan badanku melipat ke atas karena kedua kakiku ditarik dan rantainya diikatkan di kedua ujung ranjang atas kepalaku, sehingga dalam posisi seperti udang ini, aku dapat melihat anusku sendiri.

Sebuah bantal mengganjal punggungku. Lampu menyorotku. Tiba-tiba Lina sudah mengakangi wajahku. Dan dia telanjang bulat. Kulihat vaginanya yang mengarah ke wajahku itu bersih dari rambut kemaluan. Rupanya telah dipangkas bersih.
"Jilati, nikmati lezatnya kelentitku dan vaginaku ini. Cepat..!" teriak Lina menampar wajahku dua kali sambil kemudian membuka bibir vaginanya dan menjejalkannya ke mulutku. Terpaksa, aku mulai menjilati vagina dan seluruh bagian di dalamnya sambil menghisap-hisapnya.

Lina mulai menggerinjal-gerinjal geli dan nikmat sambil meremas-remas sendiri duah dadanya dan puting-puting susunya yang kecil itu. Kulihat selintas datang Dian dan Tami yang juga telanjang bulat. Sejenak mereka berdua saling berpelukan dan berciuman. Mereka ternyata lesbian..! Lina segera beranjak berdiri.

"Lakukan dulu Lin, kami sedang mood nih..!" ujar Tami mencimui vagina Dian yang berbaring di sebelahku sambil menggerinjal-gerinjal geli.
Kedua tangan Dian meremas-remas sendiri buah dadanya. Lina segera saja mengambil boneka zakar yang besar dan lentur. Segera saja Lina menuangi anusku dengan madu, serta merta gadis itu menjilati duburku. Aku jadi geli.

Kini jemari Lina mulai mengocok-ngocok zakarku, setelah sebelumnya mengikat pangkal buah pelirku secara kuat.
"Ouh.. aduh.., aahhk..," teriakku mengerang sakit dan nikmat.
Lina dengan cepat segera menusukkan boneka zakar plastik itu ke dalam lobang anusku. Karuan saja aku menjerit sakit. Tapi Lina tidak perduli. Zakar plastik itu sudah masuk dalam dan dengan gila, Lina menikam-nikamkan ke anusku. Aku menjerit-jerit sejadinya. Sementara tangan satunya Lina tetap mengocok-ngocok zakarku sampai ereksi kembali dengan kerasnya.

Tiba-tiba Tami mengakangi wajahku dan mengencingi wajahku.
"Diminum. Minum pipisku.. cepat..!" perintah Tami menanpar-nampar pantatku.
Terpaksa, kutelan pipis Tami yang pesing itu. Rasanya aku mau muntah. Lebih baik menjilati vaginanya, ketimbang meminum pipisnya. Tami tertawa ngakak sambil mengambil alih mengocok zakarku dengan buas.

"Gantian..!"ujar Dian menggantikan posisi Tami.
Pipis lagi. Aku kini kenyang dengan pipis mereka. Tubuhku basah oleh pipis mereka. Lina masih menusuk-nusuk duburku dengan zakar plastiknya. Pelan-pelan rantai dilepas, tapi Lina malah membenamkan zakar plastik itu dalam-dalam di anusku. Kakiku dibuat mengangkang. Dengan buas, satu persatu memperkosaku.

"Auhk.. aahk.. ouhkk.. yeaah.. ouh..!" teriak-teriak mulut mereka menggenjot di atas tubuhnya setelah memasukkan zakarku ke dalam vaginanya.
"Ouh.. ouhk, tidak.. ahhk.. ahhk..!" menjeritku kesakitan karena sperma yang mestinya muncrat tertahan oleh tali ikatan itu.

Cambuk kembali melecuti dadaku. Pokoknya tidak ada yang diam nganggur. Saat Tami menggagahiku, Lina mencambuk. Dian menetesi puting susuku dengan cairan lilin merah besar. Atau menyirami lilin panas itu ke anusku. Saking tidak kuatnya aku, kini aku jatuh pingsan lagi.

Entah berapa lama aku pingsan. Saat terbangun, banyak spermaku yang tercecer di perutku. Tidak ada rantai. Tidak ada lilin. Bahkan mereka juga tidak ada di sekitarku. Kemana mereka? Perlahan aku beranjak berdiri, tertatih-tatih mencari pakaianku. Tubuhku penuh barut bekas cambuk dan lilin mengering. Luar biasa sakit dan pedihnya tersisa kurasakan.

Secarik kertas ditinggalkan mereka bertiga untukku. Kubaca dengan muak dan geram.
Trim atas waktumu. Tapi kami belum puas menikmatimu. Kami pasti datang lagi untuk kepuasan kami. Kami pergi karena ada mangsa baru yang lebih lemah tapi kuat seksnya. Kalau kamu tolak, kami edarkan videonya. Awas, kamu kini adalah 'anjing' seks kami. Trim. Sampai jumpa.

baby sister hot

Posted by Unknown
cerita dewasa,cerita sexx,cerita porno,cerita anak muda,cerita 18+ Cerita Dewasa Baby Sister Ku - Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh Aponk, yang memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu itu usia Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.


Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Marni mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan oleh keempat temanku.
"Maaf yah, gue mau ke belakang dulu..."
"Ya... ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah", jawab keempat temanku.
"Ya, nanti kututup rapat", jawabku.
Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Hmm.. hmmm, Mas Ton", Mbak Marni menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.
"Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?" tanyaku keheranan.
Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.

Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.
"Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala."
"Hmm.. hmmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny", jawabnya.
"Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny", ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada di lantai atas.
Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, "Mbak Marni, kamu ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?" tanyaku.
"Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny."
"Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas", tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.
"Hmmm.. Hmmm.." ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.

Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tidak disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk melakukan permainan yang telah kutonton tadi.

"Sini Mbak"
"Lebih dekat lagi"
"Lebih dekat lagi dong.."
Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku, terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di selangkanganku.

"Mas Tonny mau apa", tanyanya.
"Mas, mau diapain Mbak", tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
"Udah, jangan banyak tanya", jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.
"Jangan Mas.. jangan Mas Tonny", pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.
"Jangan Mas Ton, jangan.. jangan.." tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.

Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku, putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda dan kemerah-merahan.

"Jangan.. jangaaan Mas Tonny"
"Akh.. akh... jangaaan, jangan Mas"
"Akh.. akh.. akh"
"Jangan.. Mas Tonnn"

Aku mendengar Mbak Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun. Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga terasa sesak dan penuh mulutku. "Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan ber.." tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. "Ohk.. ohk.. ohk.." desahan nafas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi aba-aba, Mbak Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.

"Okh.. okh.. Mbak.. Mbaaak"
"Terusss.. sss.. Mbak"
"Masss.. Masss.. Tonnny, saya tidak kuat lagi"
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk meraba selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.

"Mbak, dibuka yah celananya." Mbak Marni hanya mengangguk dua kali. Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan telunjukku seperti aku memanggil ******ku.

"Shs.. shss.. sh"
"Cepat dibuka", pinta Mbak Marni.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep
"Masssh.. Masss.."
"Mbak mau kellluaaar..."
Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan "keluar", tetapi aku semakin giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan liang kewanitaannya. Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi kemaluanku tegang. "Slepp.. slepp" Aku merasakan kehangatan luar biasa di kepala kemaluanku.

"Mass.. Masss pellannn donggg.." Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang surganya. "Sleep.. sleep" dan, "Heck.. heck", suara Mbak Marni tertahan saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. "Mass.. Masss.. pelaaan.." Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku tidak mendengar ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. "Heck.. heck.. heck.. tolong.. tolllong Mass pelan-pelan" tak lama kemudian, "Mas Tonnny, Mbaaak keluaaar laaagi" Bersamaan dengan itu kurasakan desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian, "Croot.. crooot" spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.

Cerita Panas - Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Marni lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu kamarku sewaktu aku keluar tadi. "Tonnny.. tolong bukain dong, pintunya" Maka cepat-cepat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku. Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.

Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf, atas perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.
"Mbak, maafin Tonny yah!"
"Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok"
"Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir tetangga", jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka, kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak Marni bersedia melakukannya.

Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.

Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, karena aku belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para pembaca,
Cerita Sex Terpikat Bodi Tetanggaku - Namaku Yudha. Kini aku berumur 29 tahun. Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Aku memiliki kisah menarik. Kisah ini bermula 5 tahun yang lalu.
Aku memiliki tetangga seorang wanita cantik yang waktu itu berumur 38 tahun. Aku biasa memanggilnya Mpok Ria. Karena dia orang Betawi. Mpok Ria adalah istri kedua dari suaminya yang sekarang. Sebelumnya ia sudah pernah menikah dan memiliki anak perempuan, yang biasa kupanggil Ati. Aku dan Mpok Ria bertetangga sangat akrab. Sejak aku SD, keluarga Mpok Ria dekat dengan keluargaku. Kedua orang tuaku yang sudah tua dianggap sebagai orang tua oleh keluarga Mpok Ria. Hubungan kami tetap akrab meski kedua orang tuaku telah meninggal.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep
Cerita Sex Terpikat Bodi TetanggakuAku sebenarnya sudah nafsu melihat Mpok Ria sejak SMP. Bodinya seksi dan kencang. Buah dada dan pantatnya besar. Sering kali jika aku bermain ke rumahnya, Mpok Ria hanya menggunakan daster atau, dengan cuek setelah mandi, hanya dengan menggunakan handuk, melenggok di depanku. Aku menjadi terangsang dan pulangnya langsung beronani. Aku tidak berani berbuat lebih jauh karena hubungan yang sudah terlalu akrab itu. Apalagi Mpok Ria melihatku yang masih SMP hanya menganggapku sebagai adiknya.

Tapi ketika aku semakin dewasa, segalanya mulai berubah. Tepatnya ketika usiaku 25 tahun. Aku sebenarnya pria yang tampan dan menarik. Tapi aku agak malas pacaran. Sementara nafsu seksku yang tinggi biasa kusalurkan melalui onani. Soalnya aku takut berhubungan seks dengan pelacur. Selain karena bahaya penyakit, aku males keluar duit. Selama ini fantasi onaniku selain bintang Porno adalah Mpok Ria dan anaknya, yang kini sudah beranjak dewasa. Umurnya 18 tahun. Kulitnya putih mulus bodinya bener-bener proposional. Meskipun pantat dan Buah dadanya tidak terlalu besar. Wajahnya juga cantik seperti Shu Qie bintang film cina.
Suatu ketika aku mendapatkan telepon dari seseorang yang ingin berbicara dengan Ati. Rumah Mpok Ria tidak ada telepon jadi mereka menumpang di rumahku. Aku segera bergegas ke rumahnya. Rupanya Ati sedang mandi. Karena teleponya penting dan ditunggu, maka dia bergegas berganti pakaian. Ati hanya menggunakan daster yang tipis dan membentuk seluruh tubuhnya yang seksi. Ati bergegas menuju ke rumahku sementara aku mengikuti dari belakang. Pinggulnya yang bergoyang-goyang membangkitkan gairahku.

Sampai di rumahku, Ati duduk menerima telepon dengan posisi duduk yang menantang. Bagian bawah dasternya tersingkap, sehingga terlihat jelas pahanya yang putih mulus. Aku duduk di sofa didepanya dan mataku menjelajahi seluruh tubuhnya. Aku baru tahu ternyata Ati tidak sempat memakai BH. Kulihat putingnya tercetak di bagian dada dasternya. Ati menyadari bahwa aku sedang mengamatinya. Dia tersipu dan berusaha memperbaiki posisi duduknya. Namun dasternya yang pendek membuat posisi duduknya tetap saja merangsang. Tak berapa lama dia selesai menelepon. Dia berdiri dan siap-siap untuk pamit. Aku langsung memegang tangannya.

“Mau kemana? Sini dulu dong temenin gue ngobrol.”
“aduh.. Ati mau pergi nanti jam 1 ke blok M. Udah janjian ama temen.”
“ya udah nanti aja siap-siapnya. Kita ngobrol dulu..”
“aduh… mas Yudha.. Ati harus siap-siap”
“Iya deh. Sekarang Ati sombong. Gak mau ngobrol sama aku lagi.”
“Kok mas Yudha gitu. Emang mau ngobrol apaan?”
Ati duduk di sebelahku. Harum tubuhnya habis mandi semakin merangsangku.
“Ati mau ke Blok M ama siapa ? ama pacar ya ?”
“ah nggak kok. Ati gak punya pacar.”
“kok gak punya padahal Ati kan cantik”

Dia terlihat tersipu. Tanganku mulai membelai perlahan rambutnya. Kemudian turun ke lehernya. Dia masih diam. Akupun memberanikan diri mengecupnya. Dia nampak canggung menerima ciumanku. Aku makin berani. Tanganku merayap di pahanya. Ati pun mulai membalas ciumanku bertubi-tubi. Bibir kami saling berpagutan. Perlahan ku singkap bagian atas dasternya dan dengan leluas tangan kiriku mengelus Buah dadanya. Bibir kami masih saling bertautan. Ati sepertinya mulai terhanyut. Aku mulai menciumi bagian wajah yang lainnya. Pipi, dagu, lehernya yang jenjang. Ati terlihat terbuai. Aku pun mendesah di telinganya “kamu cantik sekali Ti”. Kemudian kurebahkan tubuhnya. Dasternya sudah tersingkap sebatas perut. Terlihat buah dada Ati yang membusung. Ukurannya tidak terlalu besar. Mungkin sekitar 34. Tapi bentuknya bulat dan padat berisi. Perlahan aku mulai mengulum kedua bukit tersebut secara bergantian. Putingnya yang kecoklatan kujilati sambil sesekali ku hisap lembut. Ati memejamkan matanya dan mulai mendesah. Tangannya berpegangan pada ujung sofa. Sementara tubuhnya terus bergeliat.
cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep
“aghhh.. sshhshs.. agghh..”. Desahannya membuatku makin lahap mengulum Buah dadanya. Tangan kiriku bergerilya menuju selangkangannya. Kumasukan jariku di antara CDnya dan kugesek-gesekan di permukaan vaginanya.
“agh.. mas Yudha.. aghh… sshssh..”
rupanya dia terangsang dengan permainanku. Kuhentikan kulumanku di Buah dadanya. Sejenak aku kembali mengulum bibirnya sementara tangan kiriku tetap menggesek-gesek vaginanya. Ati semakin larut dalam permainan ini. Ciumannya pun menjadi lebih memburu. Akupun mulai melepas CDnya. Kemudian aku turun menciumi seluruh bagian tubuhnya hingga sampailah aku di depan lubang vaginanya yang sudah basah. terlihat bibir vaginanya yang sempit ditumbuhi sedikit rambut yang halus.
“mas Yudha mau ngapain… ?” ujarnya lirih.

Aku tidak menjawab. Bibirku mulai menciumi bibir vaginanya yang sempit itu. Kemudian ku jilati seluruh permukaan. Sekalli-kali lidahku menusuk agak dalam menjangkau klitorisnya. Kemudian ku gigit kecil klitorisnya. Ati terlihat sangat terangsang. Dia merintih sambil berkali-kali memajukan vaginanya ke depan agar lidahku makin dalam menjangkau klitorisnya.
“aghh…. hahh… hahh…. enak maaas.. aghh… terus maasss… shhh..”
Cukup lama aku bermain dengan vaginanya. Sementara Penisku semakin mengeras. Kira-kira 10 menit Ati mulai Orgasme.
“aghhhhhhhh…..” Cairan putih kental keluar dari vaginanya. Napasnya tersenggal-senggal.
Aku yang masih berpakaian lengkap langsung membuka seluruh pakaianku. Aku telanjang bulat dengan penis yang sudah menegang sedari tadi. Ati terpaku melihatku. Sepertinya dia menunggu langkahku selanjutnya. Karena aku sudah sangat bernafsu, maka aku langsung mengarahkan Penisku yang berukuran 15 cm itu ke lubang vaginanya. Ku lebarkan selangkangannya terlihat lubang itu sudah siap menanti untuk ditusuk. Ati terlihat diam saja dan menunggu penetrasiku.
“Ati diam ya.. agak sakit sedikit..” kata ku sambil mengelus pahanya.
Perlahan ujung Penisku mulai menusuk. Ati meringis. Aku mengelus Buah dadanya biar Ati bisa merasakan rangsangan seksual pada bagian tubuhnya yang lain. Penisku pun mulai menusuk makin dalam.
“ah… sakit mas..” ringisnya.

Aku mulai mencium bibirnya agar dia bisa melupakan rasa sakitnya sedikit. Penetrasi ku hentikan sejenak dan aku konsentrasi menciumi bibirnya. Setelah Ati terlihat hanyut, aku mulai melanjutkan kembali penetrasi. Perlahan-lahan Penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Kurasakan otot vaginanya memijit pelan pangkal Penisku. Sambil tetap ku kulum bibirnya, kugoyangkan pantatku perlahan-lahan. Naik turun makin lama makin cepat. Ati terlihat mulai menikmati gesekan Penisku di vaginanya. Aku segera mempercepat goyangan pantatku. Terasa nikmaaat sekkaalii. Seluruh permukaan vaginanya yang sempit habis dijelajahi Penisku. Penisku terasa seperti di urut-urut. Kadang agak sepet kadang licin. Yang jelas nikmaaat….
Ceplak.. cplak… cplak… cplak.
Terdengar suara dari bagian bawah. Sementar Ati terlihat terengah-engah. Matanya memejam dan bibirnya mendesah tak karuan.
“aghh.. enaaakkkk maaasss…. terussss shhhhhh… terusss… ahhhh… ahhhh. aahhhhh…. !!!”
“aduh Ti… Memek loe… enak banget. Aghh.. shhhh… sempit…. Enak… ahhhh.. ahhhh…..” Kataku di sela desahannya.
Ati merem melek dan berkali-kali menggigit bibirnya diantara desahan-desahannya.
Tiba-tiba kurasakan otot vaginanya semakin keras menjepit.
“mass akuuu mauuu piii piiis…” Aku sadar dia mau orgasme kembali. Ku percepat ayunan pantatku sambil ku angkat pantatnya sedikit ke atas. Dia mulai menggelinjaaang.
“aghhhh massss… aaaahhhhggghhhh….” teriaknya di ujung orgasmenya.

Aku berhenti menggoyang. Kubiarkan Penisku di dalam vaginanya. Terlihat Ati sangat menikmati orgasmenya. Wajahnya tersenyum puas. Aku yang belum orgasme mencabut Penisku dari vaginanya. Ku minta Ati untuk berbalik dan menungging. Dia pasrah menuruti. Terlihat pantatnya yang montok menantang. Dari sini vaginanya terlihat lebih sempit. Kembali ku masukan Penisku dari belakang. Kali ini terasa lebih mudah. Ati pun tidak meringis lagi. Penisku perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya. Kemudian mulai ku goyangkan pantatku maju mundur. Gesekan vaginanya terasa lebih sempit dibandingkan sebelumnya. Pantatnya yang montok ku remas-remas. Ati kembali mendesah.
“aduh… ahh… ahhh”
Perlahan tanganku merayap menuju Buah dadanya yang bulat menggantung. Kemudian kuremas-remas dengan nafsu. Ati tambah terangsang dengan hebat. Desahannya makin tidak teratur. Aku pun makin bernafsu. Goyangan pantatku makin cepat. Napas kami sama-sama memburu. Remasan tanganku di Buah dadanya makin keras. Kugigit telinga dan bahunya dari belakang. Secara refleks Ati membalikan wajahnya dan mencium bibirku. Kami terus berpagutan. Goyangan pantatku makin cepat..

“aghhhh… aghhhh.. shhhh… hhhhhhahhgghh.. iyyyaaa…” kurasakan aku akan orgasme. Tapi rupanya Ati orgasme kembali. Dia menggelinjang hebat.. ahhhhhhh…. aku mencabut Penisku dan menggesek-gesekan diantara pantatnya yang montok. Kuremas dan kutekan kedua belah pantatnya. Gesekan Penisku semakin cepat dan akhirnya aku ejakulasi ahhhhhhh…. ahhhh…
Crooot… Croooot.. Crooot…. air maniku muncrat dengan hebaatnya di atas punggung Ati. Aku terkulai dan langsung duduk sambil meremas-remas pantat Ati yang seksi. Ati terkulai dengan Posisi telungkup. Ku lap punggungnya dengan CDku. Ku lihat Ati tersenyum. Aku memeluknya dan mencium keningnya.
“aku sayang kamu Ti..” Bisikku.
Ati tersenyum. Memang ku tahu sejak SMP Ati sudah naksir kepadaku. Tapi aku cuek karena aku lebih bernafsu kepada ibunya. Kini Ati sudah jatuh dipelukanku. Ku lihat jam dan aku baru menyadari bahwa kami telah bermain selama hampir satu jam. Ati pun memakai CDnya dan memakai dasternya. Dia pamit pulang.
Sejak itu aku dan Ati berpacaran. Kami sering melakukan hubungan sex. Biasanya di tempatku karena aku tinggal sendiri. Ibunya, Mpok Ria mengetahui hubungan tersebut. Dia tampak setuju dan merestuinya. Dia semakin ramah kepadaku dan semakin tidak canggung dalam berpakaian di hadapanku. Sering dia hanya mengenakan bra melenggang di depanku jika aku bertamu ke rumahnya di siang hari yang panas. Aku semakin bernafsu melihatnya.

Suatu hari Mpok Ria bertengkar hebat dengan suaminya. Kemudian dia kabur dari rumahnya dan tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah depok. Suaminya tidak lagi peduli sehingga dibiarkan saja Mpok Ria pergi. Aku dan Ati pernah mengunjunginya dan meminta Mpok Ria untuk pulang. Tapi Mpok Ria menolak dan tetap tinggal di kontrakannya. Sejak itu Ati dan Mpok Ria tinggal terpisah. Ati tetap tinggal di rumahnya dan menemani ayahnya.

Suatu hari aku mengunjungi rumah Mpok Ria. Waktu itu hari libur dan Ati harus menjaga rumah. Aku dimintanya untuk mengunjungi ibunya. Karena sudah akrab Mpok Ria tidak malu menerimaku. Setelah ngobrol ngalor ngidul, angin sepoi-sepoi dan perjalanan yang jauh membuatku mengantuk. Waktu itu sudah jam 3 sore.
“mpok aye tidur dulu ye. Ntar jam lima bangunin aye.” Karena Mpok Ria orang betawi maka aku berdialek betawi jika ngomong dengannya.
“ya udah tidur deh. mau di sini ape di kamar?”
“di sini aje deh. Anginnye enak sih.”
Aku pun mulai tiduran sementara Mpok Ria pergi ke dapur.

Sejam kemudian aku terbangun oleh suara bising sebuah motor di pinggir jalan. Aku bangun dan mencoba mencari Mpok Ria. Kulihat ke dalam kamarnya, sepi. Aku pun pergi ke dapur, tidak ada. Kayaknya Mpok Ria sedang mandi. Kulihat di depan kamar mandi disebelah dapur ada sendalnya. Aku menghampiri mencoba mengintip ke dalam melalui salah satu celah dari pintu kamar mandi yang terbuat dari papan. Ternyata benar Mpok Ria ada di dalam. Tapi ia tidak sedang mandi. Ku lihat tangan kanannya yang sedang menggesek-gesek vaginanya sementara tangan kirinya meremas-remas Buah dadanya yang besar. Terdengar desahan kecil dari mulutnya. Pemandangan ini membuatku terangsang. Aku pun mulai mengocok Penisku. Tiba-tiba aku sadar bahwa ini adalah kesempatan bagiku. Mpok Ria memang sudah lama tidak berhubungan seks dengan suaminya. Hampir 8 bulan. Sejak suaminya sering sakit dan tinggal dirumah istri tuanya. Pasti Mpok Ria sangat haus sentuhan pria.

Aku berdiri dan mengetuk pintu kamar mandi.
“mpok lagi ngapain ? aye mau ke kamar mandi nih” kayaknya Mpok Ria kaget. Dari dalam kudengar ia menjawab dengan gugup.
“ehh.. gue lagi maandi..”
“aduh Mpok aye sakit perut nih mpok…” kataku sambil berpura-pura.
“ya udah… tunggu sebentar…” kudengar suara air disiram dan tidak berapa lama Mpok Ria keluar dengan mengenakan handuk. Tubuhnya yang seksi terlihat sangat merangsang. Buah dadanya yang besar membusung tertutup sebagian oleh handuknya. Ku rasakan Penisku bangun pelan-pelan.
“katanya lagi mandi, kok gak basah.” Godaku
“yee kan gak jadi mandi”
“lagi mandi apa lagi ngapain..”

Mpok Ria terlihat memerah wajahnya menahan malu. Dia mencoba membenarkan handuknya yang agak melorot.
“mpok, aye tahu mpok lagi pengen begituan. Aye mau kok nolongin mpok.” kataku sambil maju dan menarik ke bawah handuknya. Seketika itu juga Mpok Ria telanjang bulat di hadapanku. Berbeda dengan anaknya, Buah dada Mpok Ria besar. Ukurannya mungkin 36. Di usianya yang sudah 38 tahun ini badannya masih kenceng. Meskipun dia tidak pernah fitness ataupun minum jamu. Wajahnya yang cantik, hanya memiliki sedikit kerutan di ujung matanya.
Mpok Ria berusaha menutupi tubuhnya dengan tangannya. Dia terlihat akan marah. Aku pun segera mencium bibirnya biar dia tidak bersuara. Dia nampak gelagapan. Dengan sekuat tenaga ku rangkul dan ku angkat Mpok Ria masuk kembali ke kamar mandi. Dia berontak dan berusaha melepaskan diri. Aku melepaskannya dan langsung mengunci pintu kamar mandi. Sekitar rumah Mpok Ria cukup sepi. Sehingga jika dia berteriak belum tentu ada yang mendengar. Tapi aku tidak mau memperkosanya. Ku biarkan Mpok Ria yang gemetaran di tepi bak mandi.

“Yud, loe mau ngapaain..?” ujarnya agak gemetar.
Aku tidak menjawab. Dengan tenang ku buka pakaianku satu per satu. Akhirnya aku telanjang bulat dihadapannya. Penisku yang sedari tadi menegang mengacung dihadapannya. Aku tersenyum melihat Mpok Ria yang gemetar dan memandangi Penisku. Aku tahu dia pasti menginignkannya. Ku permainkan Penisku naik turun di hadapannya. Ku lihat dia menelan ludah. Penisku yang panjangnya 15 cm sudah ereksi sempurna. Sehingga terlihat kokoh sekali. Aku maju ke depan mendekatinya. Kulihat napasnya mulai memburu. Matanya terus menatap Penisku. Aku yakin tidak akan ada perlawanan darinya. Tanganku mulai membelai bahunya perlahan bergerak kebawah menuju Buah dadanya yang besar. Kedua telunjukku bergerak mengikuti lekuk Buah dadanya yang bulat. Kemudian kuplintir putingnya yang belum mengeras layaknya sedang memutar gelombang radio. Mata Mpok Ria tetap tak lepas melihat Penisku. Perlahan-lahan dia mulai menutup matanya. Mpok Ria sudah pasrah. Segera ku lumat kedua Buah dadanya dengan rakus. Bergantian kiri dan kanan sambil tanganku meremasnya juga bergantian. Lidahku bermain-main dengan leluasa di kedua putingnya dan menyapu seluruh permukaan Buah dadanya. Sekali-kali ku gigit kecil Buah dadanya. Mpok Ria mulai memiringkan kepalanya. Mulutnya agak terbuka dan mengeluarkan rintihan yang pelan hhheh.. ssshh.. tangan kanannya berpegangan pada pinggir bak mandi sementara tangan kirinya memegang kepalaku sambil beberapa kali menekan ke dalam dadanya.

Tangan kiriku mulai turun ke bawah menuju selangkangannya sementara tangan kananku meremas-remas pantatnya. Mulutku masih sibuk melahap Buah dadanya. Setelah sampai divaginanya, jari tengahku langsung masuk ke dalamnya. Dengan cepat ku gesek-gesekan jariku di dalamnya. Mpok Ria langsung terangsang dengan hebat. Tangan kirinya makin kencang menjambak rambutku dan kepalaku ditekan makin dalam.
“Aghh.. aghhhhh… aghhhh…. terus yud…. terus…. shhh.. aghhhh…. aghhhh…. yaaah… ahhhh”
Mpok Ria terus meracau tak karuan. Selama sekitar 5 menit aku korek habis-habisan vaginanya. Kemudian aku merasakan cairan bening mengalir dari vaginanya melalui jariku. Rupanya dia sudah terangsang hebat. Aku menghentikan permainan jariku dan mulai merambat mencium ke bawah menuju vaginanya. Ku lihat vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu agak lebat disekitar lobangnya sudah basah. Aku siram dengan air agar vagina itu menjadi lebih bersih. Lalu aku mulai menjilati seluruh permukaannya. Kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang montok dengan sekali-kali mengagaruk belahan pantatnya. Kedua tangan Mpok Ria menjambak kepalaku dengan keras sambil mendesah panjang dan tak beraturan.

“Aghhhh… yaaa… yaaa…. Teruuusss yud… terus shhhh ahh.. ahhghhh….”
Lidahku makin dalam menjangkau ke dalam vaginanya sambil sekali-kali menyentuh klitorisnya. Terkadang kuhisap dan ku gigit kecil klitorisnya. Ku jilat, hisap, jilat, hisap, gigit, jilat demikian berulang ulang ku permainkan vaginanya. Makin lama desahannya makin memburu.
“yd… gue… mao… keluaaar… aghhh”
Terlihat cairan putih meleleh keluar dari lubang vaginanya. Kulihat Mpok Ria merem melek dan nafasnya terengah-engah. Aku berdiri dan mencium bibirnya.
Kemudian aku berbisik.. “mpok sepongin aye dong..”
Mpok Ria langsung berjongkok. Tangan kanannya memegang Penisku dan mulai mengocoknya sambil sesekali dikecupnya. Seluruh permukaan Penisku dan bijinya dikecupnya pelan-pelan. Aku menikmatinya tapi Mpok Ria belun juga menghisap Penisku.
“mpok ayo dong diisep..” Pintaku sambil membelai rambutnya.

Dia pun mengisap hanya kepala Penisku. Kemudian dengan cepat dia menjilati seluruh permukaan Penisku layaknya sedang menjilati es krim. Meskipun rasanya nikmat tapi aku ingin Penisku dihisap. Tanganku memegang kepalanya dan ku pencet hidungnya. Seketika itu dia membuka mulutnya. Aku langsung memasukan Penisku ke dalam mulutnya. Tanpa melepas cengkramanku di kepalanya aku mulai menggoyangkan pantatku. Penisku keluar masuk dengan cepat di dalam mulutnya. Nikmatnya luar biasa. Kurasakan kepala Penisku menyentuh langit-langit mulutnya dan terkadang menyentuh ujung kerongkongannya.
‘mmmghhh….. mmmhhgghhh… ‘ kulihat Mpok Ria memberontak. Aku melonggarkan cengkramanku. Mpok Ria langsung melepaskan mulutnya dari Penisku.
“uhuugg… uuhhuggg… heeegghh…” rupanya Mpok Ria tersedak.
“Aduuuh… maaf mpok kekencengan.” Kataku sambil membelai rambutnya. Mpok Ria teresenyum dan langsung menghisap Penisku lagi. Kali ini aku tidak memegangi kepalanya lagi karena dia mulai menghisap seperti yang aku inginkan. pertama-tama pelan lalu semakin lama bertambah cepat. Diselingi dengan kecupan, jilatan dan kocokan tangan. Terlihat Mpok Ria bernafsu sekali melahap Penisku. Setiap kali dihisap serasa Penisku diurut pelan-pelan dan licin. Aku serasa melayang. Nikmat sekali. Seluruh batang penisku berada di dalam mulutnya.
“aghhhh…. yes… aghhh… yes..” desahku.

Tak lama kemudian aku merasa aku akan ejakulasi. Segera ku pegang kepala Mpok Ria dan aku mulai menggoyangkan pantatku dengan cepat. Sleep… sleeeep…. sleeep…. sleeep.
Bunyi Penisku beradu dengan pinggir mulutnya.
Mpok Ria mencoba memberontak “mmmhhh…. mmmmmhhhh…”
tapi hal itu malah membuat nikmat karena Penisku jadi menelusuri seluruh rongga mulutnya. Akhirnya aku ejakulasi di dalam mulutnya. Mpok Ria mencoba melepaskan mulutnya dari Penisku. Tapi aku malah semakin menekan dan memaksanya menghisap lebih dalam
“isep mpok…. iseeep…. enak kok mpok…. banyak proteinnya…” Akhirnya dia pasrah dan menelan semua air maniku.
Setelah habis semua air maniku. Penisku menurun ereksinya. Mpok Ria ku lihat tersenyum sambil membersihkan air mani yang meleleh keluar dari mulutnya.
“Mpok kita lanjutin di kamar yuk..” ajakku.
Mpok Ria langsung berdiri berjalan mendahuluiku menuju kamar tidurnya. Goyangan pantatnya yang montok perlahan mulai membangkitkan kembali Penisku. Aku siram dengan segayung air biar lebih segar dan aku mengikuti Mpok Ria menuju kamarnya.

Mpok Ria langsung rebahan di tempat tidurnya. Dadanya semakin terlihat membusung merangsang. Jarinya memainkan vaginanya. Aku langsung rebah disamping kirinya. Ku hisap kedua Buah dadanya yang menantang tersebut sementara tangan kiriku mulai bermain di dalam vaginanya. Tangan kanan Mpok Ria mengocok-ngocok Penisku yang tampaknya akan segera ereksi dengan sempurna kembali. Bibir kami kemudian saling berpagutan dan tangan kami makin cepat bergerak. Jariku keluar masuk dengan cepat demikian juga tangannya yang mengocok Penisku dengan cepat. Tak berapa lama kurasakan Penisku sudah kembali ereksi dengan sempurna. Masih dengan posisi rebahan di sampingnya, aku memasukan Penisku ke dalam vaginanya. Kaki kiri Mpok Ria melintang di badanku sehingga selangkangannya terbuka lebar. Karena sudah sering dipakai maka aku tak kesulitan memasukan Penisku ke vaginanya. Dengan cepat kugoyangkan pantatku. Tangan kiriku sibuk meraba bagian depan tubuhnya. Buah dadanya, perutnya, permukaan vaginanya. Sementara bibirku juga sibuk bergerilya ke bahu, leher dan bibirnya. Tidak seperti anaknya yang cenderung pasif kalo sedang berhubungan, Mpok Ria tampak lebih aktif. Dia ikut menggoyangkan pantatnya ketika Penisku keluar masuk di vaginanya. Seluruh dinding vaginanya serasa keras menjepit penisku. Terdengar desahan-desahan kecil dari mulutnya. “shhh…. ahhhh… ehhh.. shhhhh”

Selanjutnya kami melakukan banyak variasi gaya. Kedua kakinya kuangkat kebahuku dan pahanya kurapatkan. Dengan begini bukaan lobang vaginanya menjadi lebih sempit. Sehingga jepitannya lebih terasa di Penisku. Ayunan pinggulku yang ritmis, membuat gesekan penis dan vagianya menjadi lebih nikmat. Kemudian ku rebahkan pahanya ke samping kanannya dan dengan posisi menyamping aku melakukan penetrasi. Vaginanya terasa agak longgar tapi kuat mencengkram Penisku. Rasanya benar-benar nikmat… ohhhh… yeeeahh.. desahku seiring goyanganku yang cepat menusuk-nusuk vaginanya. Mpok Ria terlihat meremas-remas sprai tempat tidur. Matanya terpejam dan dari mulutnya keluar rintihan-rintihan yang merangsang
“ooughhh…. yaaahh… ouuhhh…. aghhhh… hahhhhgghhh… yaaahh…”
Selama hampir satu jam aku menghujamkan penisku ke vaginanya. Posisiku di atas membuatku leluasa melakukan manuver. Tanganku dengan leluasa meremas-remas buah dada dan pantatnya.
Kemudian aku menyelipkan bantal dibawah pantatnya sehingga vaginanya terangkat ke atas dan penetrasiku bisa lebih dalam. Mpok Ria terlihat makin menggila. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Sementara pinggulnya menggelinjang ke atas merepotkan aku menahannya.

Selama satu jam itu pula Mpok Ria sudah dua kali mengalami orgasme. Aku pikir tenaganya sudah habis. Sementara aku masih belum orgasme juga. Tiba-tiba Mpok Ria mendorongku kesamping dan dia langsung berada di atas. Kemudian secara menggila dia goyangkan pantatnya naik turun maju mundur. Penisku berputar-putar mengikut gerakan dan isapan vaginanya. Luar biasaa wanita ini. Ternyata tenaganya masih banyak. Buah dadanya yang bergoyang bergelantungan segera kuhisap. Sementara goyangannya makin liar..
“ahhh… oughhh… yahhh… ayo… yud…. rasain memek gue..” Mpok Ria meracau gak karuan. “iseepp tookeet gue yud… ahh terus yud..”
Aku memeluk punggungnya keras sambil mulutku terus menghisap Buah dadanya dengan nafsu. Sepertnya aku akan keluar. Segera ku pegang pinggulnya dan ku goyangkan tubuh Mpok Ria dengan cepat
“ahhh… gue mao keluar Yud..”
“aye juga mpookk…. ahhhhh”
Akhirnya aku ejakulasi bersamaan dengan orgasme Mpok Ria yang ketiga kalinya. Kurasakan denyut Penisku yang cepat bersamaan dengan disemburkannya air maniku ke dalam vagina Mpok Ria. Kami berpelukan sangat erat. Sementara otot vagina Mpok Ria terasa keras memijit-mijit Penisku. Kami pun berciuman. Dan Mpok Ria rebah di pelukanku.
“mpok.. sorry aye nggak ngeluarinnye diluar. Soalnya kagok.”
“gak ape-ape Yud. sebenarnya mpok udah di vasektomi 3 bulan yang lalu. Jadi mpok gak bakal hamil.”
Betapa senang aku mendengarnya. Dengan begini aku bisa puas ngentotin Mpok Ria tanpa takut dia hamil. Sementara dengan anaknya, aku lebih sering mengeluarkan diluar. Sore itu kami melakukannya berulang-ulang, sampai jam 9 malam aku pamit pulang.

Sejak saat itu aku sering melakukan hubungan badan dengan Mpok Ria dan anaknya, Ati, secara bergantian. Mpok Ria mengatakan bahwa hubungan denganku sebatas rekreasi dan pemuasan kebutuhan. Karena ia tidak ingin terikat apa-apa denganku. Lagi pula dia tahu anaknya Ati sangat mencintaiku. Dia nggak mau mengambil kebahagiaan anaknya. Tak lama kemudian Mpok Ria resmi bercerai dengan suaminya karena suaminya lebih peduli dengan Istri tuanya. Mpok Ria benar-benar hidup sendirian. Aku pun akhirnya melamar Ati untuk ku jadikan Istri. Setelah itu dengan alasan untuk menemani istriku, aku minta Mpok Ria untuk tinggal serumah bersama kami. Padahal ini akal-akalan aku dan Mpok Ria biar bisa lebih sering berhubungan sex. Karena biarpun serumah aku bisa berselingkuh dengan Mpok Ria. Biasanya kami melakukan hubungan saat istriku belanja ke pasar atau pada saat malam ketika ia tidur. Bahkan pernah kami melakukannya ketika istriku ada di rumah.

Waktu itu dia sedang menyetrika di ruang depan sambil menonton tv. Mpok Ria di dapur sedang mencuci piring. Aku yang kebetulan hendak ke kamar mandi di dekat dapur, terangsang melihat Mpok Ria yang hanya mengenakan daster tipis. Tubuhnya yang seksi berbayang dibalik daster tersebut. Aku langsung menghampiri dan mencium bibirnya. Mpok Ria yang malamnya belum mendapat jatah dariku langsung membalas dengan penuh nafsu juga. kemudian bagian atas dasternya dibuka sedikit dan dia menurunkan BHnya sehingga Buah dadanya yang montok muncul keluar. Aku pun mengulumnya dengan penuh nafsu sementara tanganku mengelus-elus pahanya. Mpok Ria berpegangan pada pinggir bak cuci piring. Cuma sekitar 5 menit kami melakukan fore play. Aku langsung melorotkan sedikit celanaku sehingga Penisku bisa keluar dengan leluasa. Mpok Ria menyingkap bagian bawah dasternya dan menggeser sedikit bagian tengah CDnya sehingga terlihatlah lubang vaginanya. Tanpa menanggalkan pakaian, kami melakukannya sambil berdiri. Meskipun demikian kami lakukan dengan sangat membara. Tentu saja karena dilakukan dengan khawatir dan terburu-buru, maka hubungan sex itu berlangsung cepat juga. Hanya sekitar 10 menit. Setelah itu aku langsung ke ruang depan menemani istriku, seolah-olah tak terjadi apa-apa

cerita sexs,cerita dewasa,cerita hot

Kamis, 21 Maret 2013
Posted by Unknown
cerita seks,cerita dewasa,cerita anak muda,cerita bokep,cerita ML
Namaku Rido, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik iparku sendiri. Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adik iparku berusia 18 tahun. adik iparku tinggal bersamaku dan istriku sekaligus kakak kandungnya disebuah perumahan yang terletak ditengah kota.Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 175cm berat badan 55kg, orang bilang perawakanku atletis karena memang aku suka olah raga, sedangkan adik iparku orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitnya yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah. adik iparku sudah mempunyai seorang pacar , dia adalah kakak kelas kuliahku.dan pernah suatu hari aku mengintip mereka sedang melakukan petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..diruang tengah rumahku. Awal mulanya, ketika itu aku, diminta istriku untuk menemani adik iparku belanja ke supermarket 500m dekat rumah. Selesai belanja karena jarak begitu dekat maka kami meutuskan untuk berjalan kaki ditengah perjalanan ternyata hujan turun dengan lebatnya kerena kami tidak membawa payung dan belanjaan kami cukup banyak maka kami memutuskan untuk berteduh disebuah teras rumah yang masih dibangun maklum perumahan baru, saat kami berteduh tubuh adik iparku terciprat oleh air hujan karena memang teras yang aku gunakan untuk berteduh cukup sempit “ Sini, Wid biar gak kecipratan “ kataku menyuruhnya bergeser untuk berdiri didepanku . Widya menuruti kataku ia bergeser dan berdiri tepat dihadapanku dengan membelakangiku, hujan makin lebat tiba2 petir menyambar dan dengan reflek widya membalikan tubuhnya kearahku sehingga kami berpelukan “…ohhhh “. Setelah kejadian itu widya menyandarkan punggungnya kedadaku aku biarkan itu terjadi dan aku mulai nakal dengan memegang pinggungnya yang sexy dan lebih berani lagi saat widya diam saja ketika aku lingkarkan tanganku dibinggangnya saat itu widya memakai celana panjang ketat setengah lutut, saat penisku menempel di pantatnya yang bahenol aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dicelana dalamku, aku sadar bahwa itu penisku, keras sekali dan berada dibelahan pantat widya.Widya membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa ialakukan. Bahkan ketika hujan semakin lebat , semakin aku tekan penisku dipantanya widya terasa empuk, widya saja diam diam ia juga menikmatinya. Sejak kejadian itu, aku sering memperhatikan tubuhnya, tapi aku berusaha bersikap biasa. Suatu hari, aku dan istriku melakukan petting di dapur... Aku sangat terangsang sekali... istriku meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya aku memaksak istriku membuka celana dalamnya dan memasukkan penisku ke vaginanya. Kami bercinta penuh nafsu sampai akhirnya kami sama2 terkulai lemas didapur Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikiparku, dan tanpa ragu aku katakan bahwa bodynya sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhnya. Widya hanya tersipu malu mendengar perkataanku . Widyapun mengungkapkan peerasaanya bahwa ia juga mengagumu perawakanku "Kalau kakak bukan kakak iparkuku, ya aku juga mau jadi pacar kakak " aku sangat kaget mendengar perkataannya tapi aku berusahatenang menanggapi perkataannya. Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan adik ipraku yang memang pada malam itu istriku tidak ada dirumah , kau merindukan belaiannya... lalu aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri... tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan... aku membayangkan adik iparku... lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnya... Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikiparku ku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikiparku ku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan buah dadanya sendiri ,dia melakukan masturnasi , aku terkesima melihat ukuran buah dadanya , hampir 2 kali istriku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikiparku ku... Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan namaku... Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan dkeinginan untuk menidurinyah... aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan. Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikipaku ku tidak mungkin, maka aku memutuskan untukmenelpon istriku ternyata istriku baru bisa pulang besok, maka aku putuskan untuk menonton vcd porno tapi saat aku melintas didepan kamar adik iparku ternyata pintu kamarnya tidak terkunci maka aku menengok kedalam ternyata adik iparku bariu saja selesai mandi “ Wid, Kok pintunya gak ditutup “ kataku “ Oh..mas Rido, ia mas widya blon beres mandinya soalnya ada yang ketinggalan dikamar “ kata widya sambil berjalan kearahku menuju kamar mandi. Saat berpapasan aku mencium aroma tubuh yang kembali memacu libidoku untuk menyentuhnya. Widya berlalu dihadapanku menuju kamar mandi aku hanya bisa menikmati goyangan pinggulnya yang seksi mamasuki kamar mandi . saat Widya mandi aku beranikan diri mendekati kamar mandi ternyata pintunyapun tidak dikunci maka tanpa pikir panjang aku masuk dan aku langsung menariknya, widya kaget tapi beberapa detik kemudian dan kami langsung bercumbu... saling cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami telanjang bulat. Gilanya begitu ia melihat penisku, dia langsung menghisap penisku, Aku merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme aku memintanya untuk menghentikannya. "Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya" , aku terkesima dengan permainan adik iparku yang sangat berani...Keringat mencucur dari tubuhku, yang membuat libidoku malah memuncak adalah ketika aku menghisap, menjilat dan mengulum putingnya. Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat tubuh mulus adik Dan aku jongkok di belakangnya dan aku menjulurkan lidahku menjilat Vaginanyadari belakang... "Oh... ngapain kamu mas..." katanya tanpa melarangnya. aku terus menjulurkan lidah dan menjilati vaginanya dari belakang. ohhhh... gila pikirku... enak banget, istriku saja ngga mau dijilatin vaginanya, "Gila kamu mas, enak banget, " rintihnya…Tanpa menjawab aku terus menjilati vaginanya dan meremas remas bokongnya sampai akhirnya lama-lama memeknya basah sekali dan aku berusaha mencari lubang Vaginaknya dengan kepala kontolku "Mana lubangnya wid.." kataku. ia lalu menjulurkan tangan kanannya dan menggengam kontolku dan menuntun ke mulut goaku... "Ini mask" katanya begitu tepat di depannya, Begitu kepala kontolku membuka jalan masuk ke vaginanya, aku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit... tapi tidak sampai lepas... terus aku lakukan sampai membuatnya gemas.... "Oh.. mas.... enak.... mas.... udah yah..." katanya..... aku menahan batang penisku didalam vaginanya ...."Oh...mas...nikmat banget....." dan secara perlahan dia menggoyangkan pinggulnya sehingga penisku tertariknya keluar dan memasukan, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adik iparku... "Oh, mas... nikmat banget .." katanya. "Ssssshhhh... ia wid... enak banget" kataku. Lima belas menit aku mengenjotnya, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul erangan adik iparku ku sambil menggengam pinggulnya agar penetrasinya maksimum. "Oh.. wid.. aku keluar.. nikmat banget..." katanya Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikiparku, Karena dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya i 3 sampai 5 kali seminggu. Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikiparku, yang pertama adikipaku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya. Tamat

Service Plus Sex
 
Note: cerita ini diambil dari situs yang sudah lama tidak aktif. Untuk pengarang aslinya, mohon maaf, ada beberapa bagian yang dikembangkan dan diedit. Buat [DS] member, share aja … (btw, kl double posting, mohon maaf, didelete saja )
Mulai …

Aku memenuhi panggilan untuk service computer di kantor pelangganku di daerah perumahan mewah. Karena hari sudah menjelang sore dan hari itu adalah sabtu, maka di kantor itu tidak ada lagi orang kecuali seorang sekretaris yang memang ditugaskan untuk menungguku. Dia mengenalkan diri dengan nama Mariska, dan minta dipanggil dengan Kika saja. Namanya lucu, selucu orangnya yang memang berwajah cantik imut-imut, polos tapi terkesan sensual. Dandanannya sangat sederhana, yaitu dengan blouse hitam pendek dan rok mini abu-abu serta sepatu tinggi terbuka, namun sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Apalagi dengan postur tubuhnya yang tinggi dan ramping, makin menampakkan keindahan kakinya yang jenjang.

Kika menemaniku sambil mengobrol selama aku bekerja, sehingga kami cepat akrab. Keakraban ini yang membuat sikapnya santai dan cuek dengan duduk seenaknya di pinggir meja computer, sehingga terkadang memancing mataku untuk memandang kemulusan pahanya yang mulus dibalik rok mininya yang super pendek itu. Peniskupun mulai berontak di balik celana, dan cukup membuat konsentrasiku agak buyar. Namun aku berusaha menutupinya dengan mempercepat pekerjaanku.

Setelah selesai kupersilahkan Kika duduk di kursi untuk mencoba komputernya, sementara aku mengambil kursi dan duduk di sampingnya sambil memberi instruksi cara mengeceknya. Cukup sabar dan serius Kika mengecek satu persatu software yang ada sambil mengcopy kembali file-file dari disket backup ke hard disk yang membuatnya cukup berkeringat, apalagi AC di ruangan tersebut sudah mati sejak semua karyawan pulang. Aku kemudian memberanikan diri untuk menawarkan memijat bahunya.

“Kika mau nggak dipijat?”, kataku sambil menggeser kursiku ke belakangnya.
“Dari tadi kek nawarinnya …, ayo cepet mulai …”, jawab Kika sambil menegakkan badannya.
Kedua tanganku kunaikkan dan mulai memijat pelan bahunya.
“Enak, enak banget deh pijetan Mas …, komputernya kan sudah di service, nah sekarang orangnya donk di service …”, canda Kika.
“Iya deh …, mau service plus juga boleh …”, kataku lagi.
“Apa tuh service plus? …, kasi contohnya donk …”, pinta Kika.
“Wah kesempatan nih”, pikirku sambil lebih mendekatkan tubuhkuu ke kursinya. Tanganku mulai kuturunkan ke samping lengannya dan terus menelusuri tangannya, bukan dengan pijatan tapi dengan menggeser halus jari-jari tanganku.

“Ssssh …, geli deh Mas”, rintih Kika yang membuatku makin bernafsu. Apalagi dari jarak yang makin dekat tercium harum tubuhnya yang alami itu. Segera kugeser kursiku ke sampingnya, kuangkat tangannya dari mouse dan mulai kudaratkan bibirku di jari-jarinya yang ramping terus bergeser ke atas. Kika nampak pasrah menyerahkan tangannya kuciumi sambil menggeliat pelan. Penisku kembali menegang merasakan kehalusan kulitnya yang putih bersih dan berbulu tipis itu. Kika menggelinjang hebak ketika ciumanku sampai di siku bagian dalam. Belum lagi Kika berhenti mendesah, langsung kupindahkan bibirku ke pipinya dan terus bergeser ke belakang telinganya. Sementara itu, posisiku yang kembali berada di belakangnya memudahkan tanganku bergerilya. Melalui samping badannya, kedua tanganku bergerak perlahan ke depan sehingga menyentuh kedua bukit dadanya.

“Mmh … mmmhh …”, rintih Kika ketika jari-jari tanganku kuputar-putar di sekitar buah dadanya yang masih terbungkus lengkap. Dari situ saja bisa kubayangkan bentuk buah dadanya yang indah. Tidak begitu besar tapi terasa kencang, bulat padat dan masih tegak. Sambil lalu kuremas-remas lembut kedua bukitnya, bibirku kuturunkan lagi ke samping lehernya yang jenjang. Kulitnya yang sedikit berkeringat melicinkan jalannya bibir dan hidungku menelusuri hingga ke tengkuknya yang bebas karena rambutnya yang diikat ke belakang. Harum parfum bercampur keringat di kulit tengkuknya yang halus dan berambut tipis itu kuhirup habis-habisan, sehingga membuat Kika makin sering menggeliat kegelian.

“Mas …, udah Mas …, gelii…”, kata Kika yang kemudian maju melepaskan diri dariku dan memutar kursinya menghadapku.
“Liat nih, sampai merinding semua …”, katanya sambil menjulurkan tangannya ke depan.
“Itu belum seberapa, sekarang coba deh kamu duduk di meja”. Kika langsung menuruti perintahku duduk di pinggiran meja lalu menyilangkan kakinya. Rok mininya yang pendek itu tersingkap sedikit dan membuatku yang duduk di depannya terpana melihat kemulusan pahanya. Aku mendekatkan diri lalu kutarik satu kakinya dan kutaruh ujung kakinya di atas pahaku.

“Kaki Kika bagus sekali ya…”, kataku sambil kuusap lembut lututnya dan terus ke bawah hingga punggung kakinya yang masih bersepatu.
Pelan-pelan kulepas sepatunya dana kupegang kakinya dengan tangan kiriku, sementara jari-jari tangan kananku kumainkan di seluruh permukaan kulit kakinya. Tak pernah kulihat kaki seindah ini. Kulitnya halus, putih, dan mulus. Kukunya polos tak dikutek, menampakkan kebersihan jari-jari kakinya.

“Geli ih …, mau diapain sich Mas?”, tanya Kika.
“Khan katanya mau diservice plus, musti dari ujung kaki dulu”, jawabku sambil mendaratkan bibirku ke punggung kakinya lalu kugeser pelan kearah mata kakinya, terus kucium pelan-pelan ke betis dan pahanya sambil kuelus dengan pelan dan lembut.
“Sshhh …, nikmat sekali Mas …”, rintih Kika yang sepertinya baru pertama kali ini diperlakukan seperti ini. Dari rintihan menjadi gelinjangan. Aroma khas dan kelembutan kakinya membuatku semakin bernafsu untuk menjelajahi setiap inci dari kaki Kika.

Tubuh Kika terus menggeliat menahan kenikmatan. Kika tidak lagi perduli posisi rok mininya yang sudah tersingkap jauh ke atas. Yang ada hanyalah pemandangan indah kemulusan paha bagian dalam dan gundukan vaginanya yang masih tertutup segitiga CD hitam semi transparan mini. Kedua tanganku mendahului bibirku yang masih menjalar sepanjang kakinya yang jenjang, dengan mengelus naik turun sepanjang pahanya dan menyentuh gundukan vaginanya.

“Ahh … sshhh”, desah Kika kegelian waktu tanganku mulai menyentuh halus CD-nya pas di depan vaginanya menyentuh klitorisnya. Ternyata CD-nya sudah basah merasakan seranganku sejauh ini. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kutarik CD-nya melalui kedua kakinya. Kika yang sudah sangat terangsang tidak menolah, bahkan ikut meluruskan kaki agar mudah terlepas. Begitu pula waktu kedua kakinya kurenggangkan, Kika hanya pasrah saja. Disitulah aku melihat pemandangan yang sangat menggemaskan dan menggairahkan, vaginanya yang rambutnya dicukur rapi dan labianya yang berwarna merah muda basah sangat menantang. Kepalaku langsung kubenamkan di selangkangannya setelah sebelumnya menyusuri bagian dalam pahanya dengan ciuman dan jilatan lidahku.

“aaahhh … aauuww ..”, erang Kika ketika kukecup lembut vaginanya. Aromanya yang khas dan kebersihan vaginanya itu membuatku makin bernafsu. Erangan Kika semakin kencang dan sering ketika lidahku mulai menyusuri seputar bibir vaginanya. Pinggulnya bergoyang kian kemari merasakan kenikmatan, dan sesekali punggungnya melengkung waktu jilatanku mencapai klitorisnya. Tangankupun tidak tinggal diam dengan membuka kancing blouse hitamnya sehingga bukit dadanya yang masih berbalut BH hitam tipis itu menyembul ke atas. Langsung kutangkupkan dan kuraba tanganku di atasnya sambil meremas-remas lembut kedua bukitnya. Kika meronta-ronta merasakan kedua bagian sensitifnya diservice.

“Aku mau keluar Maasss …., aahhh”, teriak Kika. Kedua tangannya menjambak rambutku dan menekan kepalaku rapat ke arah selangkangannya dan klitorisnya. Sementara kedua kakinya makin dibuka lebar dengan ujung kakinya mencengkeram kuat ujung-ujung meja. Akupun mengerti kemauannya. Kupercepat jilatan dan hisapan pada clitorisnya, dengan sesekali mengeraskan lidahku yang menusuk-nusuk lubang vagina dan klitorisnya. Tiba-tiba Kika berteriak berbarengan dengan membusurnya punggung Kika ke atas dan membanjirnya cairan vaginanya. Kika tergolek lemas membiarkan tubuhnya telentang di atas meja, sementara aku yang sudah memuncak birahiku segera membuka seluruh pakaianku dan duduk kembali di kursi dalam keadaan bugil.

“Wow …, besar sekali Mas …”, kata Kika yang sudah turun dari meja dan melihat penisku menegang.
“Buka bajumu deh Cik”, kataku memerintah pelan.
Kika yang memang penasaran ingin tahu semua serviceku, menurut saja dengan pelan-pelan membuka blousenya, rok mini dan terakhir BH-nya. Kembali terpampang pemandangan indah di hadapanku. Dalam posisi diam berdiri jelas sekali keindahan tubuhnya yang ramping dengan kulit yang putih bersih dan halus mulus. Kedua bukit dadanya tidak terlalu besar namun bentuknya sempurna, ranum, bulat, padat dan tegak menantang. Putingnya kecil berwarna merah muda, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Aku menelan ludah memandangnya dan ingin segera kulumat seluruh tubuhnya.

Tanpa menunggu lama, kutarik tangannya ke arahku dan kusuruh Kika duduk di atas pegangan kursiku dengan menjepitkan kedua kakinya yang jenjang itu ke badanku. Kembali Kika hanya menurut sambil menunggu apa yang akan kulakukan. Posisi buah dadanya persis di depan wajahku, tapi aku belum mau ke sana. Kutundukkan kepalanya dulu dengan tanganku, dan kucium lembut bibirnya. Kumainkan lidahku di sepanjang bibirnya yang mungil sensual itu, lalu masuk ke dalam memilin-milin lidahnya dan keluar lagi memagut mulutnya dengan ganas. “mmmph … mmmm”, erang Kika yang agak kaget namun menikmatinya, bahkan melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kesempatan ini kupergunakan dengan menurunkan tanganku kea rah dua bukit dadanya, dan langsung meremas serta memilin-milin putingnya yang mungil hingga terasa mengeras dan tegak di jari-jariku.

Kika menggeliat tak beraturan merasakan nikmat hingga tubuhnya ditegakkan ke belakang sambil melepas ciumanku. Kini kedua bukit dadanya yang ranum berada tepat di depan wajahku. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke samping telinganya. Kika menggelinjang kegelian dan membuat hidung dan bibirku terus menjalar ke bahu lalu menerobos ke ketiaknya yang bersih dan tak berbulu itu. Di situ kuhirup sepuas-puasnya aroma ketiaknya yang khas dan alami. Saking gelinya, Kika mengatupkan lengannya hingga kepalaku terbenam di ketiaknya sampai aku sulit bernapas.

Setelah berhasil melepaskan diri, kugeser bibirku pelan-pelan beranjak ke arah bukit dadanya yang telah menunggu. Sambil kutahan kedua tangannya rapat ke samping tubuhnya, mulai kujelajahi dengan ciuman dan jilatan-jilatan dari bawah buah dadanya, terus kesamping lalu ke tengah di antara kedua bukitnya yang hangat dan licin oleh keringat. Kuselang-seling antara kecupan, gigitan dan hisapan di kulitnya yang lembut. Kika rupanya sudah tidak sabar menunggu bagian paling sensitifnya di bukitnya untuk kuservice.

“Ayo dong Maass …., isep, pleaaasee”, pintanya sambil memindahkan posisi buah dada kanannya tepat di depan mulutku. Aku memang sengaja menggodanya dengan mendiamkannya sebentar sambil memandang keindahan putingnya yang mencuat mengeras itu. Pelan-pelan kupindahkan kedua tangannya menjulur ke depan berpegangan pada bagian atas senderan kursiku sehingga badannya lebih condong ke depan. Kusambut sodoran puting dadanya yang kanan dengan jilatan lidahku yang berputar mengitarinya, baru kemudian kujilat-jilat panjang persis orang makan ice cream. Kika menggelinjang hebat merasakan kenikmatannya, apalagi tanganku ikut bermain di puting dadanya yang kiri. Jilatanku kemudian berganti dengan hisapan-hisapan halus di kedua putingnya bergantian.

Goyangan badan Kika yang hebat itu membuat vaginanya beberapa kali menyentuh ujung penisku yang berdiri tegak tepat di bawahnya. Kika melonggarkan jepitan kakinya ke tubuhku sehingga pinggulnya bisa naik turun dengan bebas, dan “bluss ..”, masuklah penisku ke lubang vaginanya yang telah basah, makin lama makin dalam bersamaan dengan rintihan Kika. “Eemmhh … ahh”, rintih Kika sambil menggerakkan badanya yang ramping itu naik turun. Tangankupun tak tinggal diam dengan memegang bongkahan pantatnya yang bulat kenyal, dan membantu mengikuti gerakannya. Kadang kutahan pantatnya agar aku bisa bergantian menusuk penisku dari bawah sementara Kika pasif. Ini membuat Kika makin kuat mengerang nikmat, dan kembali dia mengambil inisiatif menggerakkan badannya yang makin lama makin cepat dan liar.

Sementara itu, buah dadanya yang terlepas dari mulutku nampak bergoyang-goyang dengan indahnya. Kudekatkan wajahku sehingga putingnya selalu bersentuhan dengan hidung atau bibirku setiap kali melewatinya. Kadang kujilat, kadang kutangkap putingnya lalu kusedot sebentar dan kulepas lagi. Kika keenakan, bahkan sengaja mencondongkan buah dadanya ke depan. Tangannya dijulurkan ke belakang pasrah, kakinya makin mengangkang, dan goyangannya makin menjadi. Tiba-tiba, “Aaaaggghhh ….”, erang Kika keras bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dengan posisi kepalaku didekap erat di antara bukit dadanya.

Belum lagi Kika beristirahat, kusurh dia berdiri dan membalikkan tubuhnya kearah meja dengan tangan bertumpu pada pinggiran meja. Aku kemudian berdiri di belakangnya dan langsung meremas buah dadanya dari belakang, sementara mulutku mulai menjalar ke belakang telinganya dan tengkuknya. Kuhirup seluruh aroma belakang tubuhnya dengan hidungku bergantian dengan jilatan dan gigitan kecil. Sementara tangan kiriku terus meremas dan memilin putingnya dan bukit dadanya, tangan kananku menyusup ke vaginanya, sehingga Kika meronta-ronta kenikmatan merasakan tiga permainan sekaligus. Pantat Kika yang bergoyang-goyang ke sana ke mari membangkitkan birahi.

Tanpa menunggu lama lagi, kulepaskan semua pekerjaanku dan kugantikan dengan sodokan penisku yang masih menegang ke vaginanya. Kika menjerit kecil tidak menduga akan disodok dari belakang tiba-tiba, namun pasrah menikmati datanya nikmat baru, bahkan tanganku juga ditariknya menyusup ke buah dadanya. Sambil memompa penisku makin lama makin cepat, tanganku meremas dua bukitnya yang kenyal itu. Kika rupanya hampir mencapai klimaks lagi. “Mas … aku mau dapat lagi nih …, aku pengen dari depan aja yah …”, kata Kika sambil merintih. Kontan kucabut penisku, dan membalikkan tubuhnya telentang di atas meja, dan langsung kumasukkan lagi ke lubangnya yang sudah basah itu. Kakinya mengangkang bebas memudahkan pinggulku memompa maju mundur sehingga terbenam seluruhnya yang membuat Kika menggelinjang setiap sodokan.

Ketika gerakanku makin cepat, Kika makin tak tahan dan memindahkan kakinya menjepit pinggangku. Vagina Kika menjadi semakin sempit, namun tak mengurangi genjotanku, sampai tiba-tiba, “uugghhh ,,,, ahhhh …”, teriak Kika berbarengan dengan jepitan kakinya yang mengencang dan tubuhnya yang melengkung ke atas. Kubiarkan penisku yang masih kencang terbenam di vaginanya sampai pelan-pelan tubuhnya mengendur.

“Mas koq belum dapat juga sich …”, lirih Kika sambil setengah duduk di meja.
“Aku mau keluarin di sini aja boleh nggak Ka?”, tanyaku sambil menyentuh bibirnya yang mungil itu.

Mata Kika terbelalak tapi kemudian menyetujuinya dengan turun dari meja dan langsung berlutut di depanku. Kika rupanya ingin membalas service ku dengan mengoral penisku. Kika melakukannya dengan maksimal dan sepenuh hati, dengan bibirnya, lidahnya dan permainan sedotannya. Perlakuan ini membuatku makin terangsang dan merasakan akan keluar. Dan …, “Aku keluar Ka … ugghh …”, erangku bersamaan dengan semburan maniku ke dalam mulutnya. Begitu selesai, aku dikagetkan dengan hisapan dan jilatan Kika, menyapu bersih seluruh mani yang keluar.

Aku kemudian mengangkat tubuhnya dan mengajak ke teras belakang untuk cari angin.
“Mau ngapain di teras Mas?”, tanya Kika terheran-heran.
“Aku pengen menutup service plusku dengan mandiin kamu”, kataku.
“Gimana mandiinnya?”, tanya Kika bertambah heran tapi nurut saja ketika kurebahkan tuubuhnya di atas kursi panjang di teras belakang yang sepi itu.
Tanpa menunggu lama, segera kuakhiri service plusku dengan mandi kucing, kujilat-jilat dan kukecup lembut seluruh tubuhnya yang tampak bertambah indah karena bermandikan matahari sore. Kika senang sekali dengan perlakuanku itu dan puas dengan seluruh service plusku, dan sambil mendesah kenikmatan dia berjanji akan sering-sering memanggilku, tentunya untuk minta dilayani dengan service plusku.

Selesai
Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © cerita dewasa -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -